Mitologi, legenda dan Sejarah Desa Bitera tidak dapat
dipisahkan dengan keadaan zaman dahulu , dimana pada saat itu Desa Peling yang dipimpin oleh Mas Pahit
dengan wakilnya yang bernama Wedang Serawah (sepupu Mas Pahit) . Sebagi pemimpin Desa Peling
beliau sangat dihormati dan disegani oleh rakyatnya dan beliau juga
sebagai Ketua Adat Desa Peling . Mas
Pahit adalah seorang pemimpin yang yang tegas dan bijaksana dalam mengambil
suatu keputusan , serta tidak pilih kasih/pandang bulu dalam menerapkan hukuman
apabila rakyatnya bersalah. Dalam setiap permasalahan Mas Pahit selalu
mengambil jalan musyawarah dan selalu mengutamakan kepentingan masyarakat
dibandingkan dengan kepentingan individu atau kelompok . Beliau juga memiliki
istri –istri yang cantik yang
mendampingi dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Karena Mas Pahit memiliki istri-istri yang cantik maka Wedang
Serawah tergoda oleh salah seorang istri
Mas pahit sepupunya dan terjadilah hubungan gelap antara salah satu istri Mas
Pahit dengan Wedang Serawah. Hubungan gelap tersebut akhirnya diketahui oleh
Mas Pahit yang menyebabkan terjadinya perkelahian antara Mas Pahit dan Wedang
Serawah yang berujung pada kekalahan
Wedang Serawah. Mas Pahit yang emosi kemudian mengejar wedang serawah hingga
terjatuh di suatu tempat yang dinamakan Desa Marga Sengkala, Wedang Serawah
terus saja dikejar sehingga tempat perburuan itu dinamakan Desa Buruan.
Meskipun Wedang serawah sempat bersembunyi di suatu tempat yang kemudian
dinamakan Desa Celuk , akhirnya ia ditemukan juga oleh wedang serawah dan
kemudian lehernya dipenggal oleh Mas Pahit, tempat dipenggalnya Wedang Serawah
dinamakan “bebaung” atau disebut juga Semabaung. Setelah itu Mas Pahit kembali
ke Desa Peling dan mulai melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik
Entah berapa lama setelah kejadian terbunuhnya Wedang Serawah
dan tanpa diketahui penyebab yang pasti , maka terjadilah satu kejadian yang
luar biasa yang merupakan awal dari kejatuhan Desa Peling. Serangga beracun/semut api yang
berjuta-juta jumlahnya menyerang warga
Desa Peling. Tentara gaib itu menghancurkan dan memporak–porandakan Desa
Peling, Masyarakat yang sebelumnya hidup damai kini tercerai berai karena takut
serangan dari serangga yang berbahaya
tersebut.
Peninggalan desa peling berupa tempat suci, yang masih ada
sampai dengan saat ini adalah :
1.
|
Pura Buda Ireng, yang piodalannya jatuh pada hari Buda Wage Langkir.
|
2.
|
Pura Puseh yang hari piodalannya jatuh pada hari Buda Umanis Medangsiya
|
3.
|
Jika ditinjau dari segi ulu Desa peling bergunung/bukit di utara yaitu
di Pura Bukit Bitera/Pura Pucak Manik serta tempat pesucian Gunung Kawi yang
juga telah diakui sebagai peninggalan sejarah purbakala dan merupakan cagar
budaya. Sedangkan bekas wilayah desa peling yang sekarang menjadi wilayah persawahan disebut
juga dengan sebutan Subak Pelengan.
|
Setelah Hancurnya Desa Peling, warga yang telah menggungsi ke
sebelah barat hutan bengkel , melalui I Wayan Salain meminta kepada I Dewa Gde
Kesiman yang merupakan Putra dari I Dewa Menggis Pahang untuk menjadi pemimpin mereka. Dengan telah
ditetapkannya I Dewa Gde Kesiman sebagai pemimpin, maka beliau mengundang
tokoh-tokoh masyarakat untuk rapat dalam menentukan nama desa mereka. Dari
pertemuan itulah disepakati bahwa daerah itu dinamakn sebagai “Desa Bibitera”
yang memiliki arti sebagai berikut : Bibit berarti benih sedangkan tera berarti
mengatur/menolong atau bibitera berarti bibit/asal mula yang mengatur/menolong.
Lambat laun sebutan “Bibitera”
berubah menjadi Bitera.
Dari berdirinya kerajaan Gianyar sekitar tahun 1771 – 1943
kepala pemerintahannya adalah seorang raja, namun semenjak kemerdekaan Republik
Indonesia diproklamasikan gianyar berubah menjadi Daerah Swapraja, selanjutnya
menjadi daerah Swatantra yang dikepalai oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gianyar,
demikian pula halnya dengan Bitera yang dikepalai oleh seorang Kepala Desa
/Perbekel.
Berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri nomor:
229/Dit/Pem/V/1981, tanggal 1 Mei 1981, maka terhitung sejak tanggal 1 Januari
1981 Desa Bitera ditetapkan menjadi salah satu dari desa yang berubah statusnya
menjadi Kelurahan.
Demikianlah sejarah Kelurahan Bitera yang kami peroleh
dari informasi tokoh –tokoh masyarakat serta beberapa sumber lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar